Sejarah Kaum Tsamud: Kaum Nabi Sholeh yang Mendapatkan Adzab
Pernah mendengar Petra? Bangunan ini terletak jauh di gurun pasir Yordania dan menjadi salah satu situs warisan UNESCO. Bangunan ini merupakan peninggalan milik Kaum Tsamud yang terkenal cerdas dalam bidang arsitektur. Inilah yang membuat terbentuknya istana, rumah hingga makam di bukit-bukit batu meski belum tersentuh teknologi.
Kaum ini dikisahkan dalam Al-Qu’ran sebagai bangsa yang hancur dan laknat akibat perbuatan dan kesombongan mereka sendiri. Lalu, bagaimana kisah kaum ini? Mari simak ulasannya dibawah ini.
Sejarah Kaum Tsamud
Berdasarkan catatan sejarah, kaum Tsamud merupakan peradaban masyarakat Arabia Kuno. Wilayah asalnya diperkirakan dari Arab Selatan kemudian berpindah ke utara, tepatnya di Gunung Athlab, Madain Shaleh.
Nama Tsamud sendiri diambil dari leluhur mereka yang merupakan cicit dari Sam, putera Nabi Nuh yang selamat ketika banjir. Maka dari itu, secara silsilah kaum ini disebut Tsamud bin ‘Abir bin Iram bin Sam bin Nuh.
Secara waktu, kaum Tsamud berkuasa setelah dihancurkannya kaum ‘Ad. Namun, peristiwa binasa kaum sebelumnya itu tidak menjadi peringatan bagi mereka. Buktinya, kehidupan kaum ini penuh dengan kemaksiatan.
Mulai dari menghamburkan harta, meminum arak, berbuat kejahatan, sampai berzina. Lebih parahnya lagi, mereka tidak menyembah Allah hingga turun-temurun. Karena perbuatan yang menyimpang ini, Allah mengutus Nabi Sholeh untuk mengajak pada jalan kebenaran. Nabi Sholeh berasal dari dolongan mereka sendiri.
Penyebab Kaum Tsamud Terkena Azab
Peristiwa diazabnya kaum Tsamud oleh Allah diabadikan dalam Q.S Hud ayat 67-68. Kisahnya, kaum ini tidak mau beriman dan menentang ajaran Nabi Sholeh. Ajakan untuk beriman kepada Allah selama berpuluh-puluh tahun ditolaknya.
Ia berdalih bahwa kepercayaan yang dianut adalah warisan para pendahulu. Mereka justru ragu dengan kenabian dari Nabi Sholeh. Menanggapi ini, Nabi Sholeh meminta kepada Allah untuk diberikan mukjizat agar kaumnya itu percaya.
Allah pun memeritahkannya agar memukul sebuah batu di hadapannya. Seketika muncullah seekor unta betina gemuk sebagai mukjizat. Menyaksikan peristiwa luar biasa ini, kaum Tsamut terperanjat.
Sebagian kecil menjadi beriman, namun sebagian besar menganggap itu hanya sihir untuk mengelabuhi mereka. Keberadaan unta Nabi Sholeh memberikan keberkahan melimpah. Kaum ini diperbolehkan memerah dan meminum susunya. Bukannya membuat semakin beriman, orang-orang yang tidak suka tersebut malah merencanakan kejahatan.
Dua pemuda kaum Tsamud bernama Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif membunuh unta Nabi Sholeh. Mereka memanah betis sang unta, kemudian menikam perutnya dengan menggunakan pedang.
Mengetahui kejadian ini, Nabi Sholeh bersedih hati dan mengatakan bahwa Allah akan menurunkan azab pada kaumnya yang tak kunjung kembali pada kebenaran itu. Dengan izin Allah, azab pun menimpa mereka dengan mendatangkan tanda-tanda terlebih dahulu.
Hari pertama saat bangun tidur, wajah mereka berwarna kuning. Kemudian hari kedua, berubah menjadi warna merah. Pada hari ketiga, wajah mereka menghitam. Dan terakhir di hari keempat, Allah menurunkan azab luar biasa.
Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran, Allah menurunkan petir menggelegar sehingga semua bangunan porak poranda. Kemudian angin puting beliung begitu dingin dan di susul gempa hingga dalam sekejap saja semua kaum Tsamud tewas, kecuali orang-orang beriman. Mereka semua lenyap dan yang tersisa hanya bebeparapa istana gunung batu.
Terjadinya Gempa dan Petir yang Dahsyat
Nabi Sholeh telah memperingatkan jika kaum Tsamud dapat menikmati hidup dan kemaksiatan selama tiga hari, setelah itu mereka tidak akan ada yang bernyawa lagi. Namun, kaum tersebut bukan bertaubat melainkan menantang dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pada akhirnya, kaum yang sombong ini merasakan azab dengan petir yang menyambar kepala serta gempa bumi yang menghancurkan rumah-rumah mereka setelah tiga hari yang dijanjikan. Kejadian ini pun tertulis dalam Surah Al-A’raaf ayat 78 dan Surah Al-Fusilat ayat 17.
Bangsa ini pun hancur dan mati bergelimpangan di hari yang telah dijanjikan Nabi Sholeh. Dua bencana besar ini berhasil merenggut nyawa dan membuat kaum Tsamut tak tersisa seorang pun.
Mereka mati bergelimpangan dan mengenaskan meski sebagian orang berlindung di dalam rumah. Lalu, Allah memutuskan untuk mempertahankan bangunan megah yang mereka ciptakan untuk menjadi bukti untuk generasi selanjutnya.
Dengan begitu, bukti nyata tersebut dapat dijadikan pelajaran agar tidak menyia-nyiakan nikmat yang diberikan oleh Allah. Selain itu, supaya manusia lebih menjaga sikapnya agar tidak berlaku sombong dan melupakan apa yang sudah diberikan oleh Allah dalam hidupnya.
Penyebutan Kaum Tsamud dalam Al-Quran
Segala sesuatu yang termaktub dalam Al-Quran mengandung nilai dan hikmah begitu dalam. Entah itu berbentuk ketaatan atau kekufuran. Kaum Tsamud menjadi salah satu kaum yang diabadikan karena ketidak imanannya kepada Allah. Penyebutan kaum ini di Al-Quran sebanyak 26 kali, yakni surah Al-A’raf: 73-79, Hud: 61-68, Al-Hijr: 80-84, Al-Isra’:59, Asy-Syu’ara:141-159, An-Naml: 45-43, Fushshilat: 17-18, Al-Qamar: 23-32, dan Asy-Syams:11-15.
Peninggalan Kaum Tsamud
Kemampuan arsitektur dan entrepreneur kaum Tsamud cukup masyhur. Bahkan, Allah mengabadikannya dalam Q.S Al-A’raf: 74. Mereka mampu memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal serta berbagai karya seni lainnya.
Berdasarkan kisahnya, produk komoditas utamanya berupa tembikar unik dengan nilai seni berkualitas tinggi. Dari sini, kekayaan kaum Tsamud melimpah ruah, seperti istana-istana megah.
Namun kekufurunnya mengundang kemurkaan Allah. Semua nyawa dicabut dengan mengenaskan dalam sekejap. Hanya beberapa sisa peninggalan berupa rumah-rumah yang masih ada di sekitar Hadramaut dan Madain Saleh.
Bukti Kecerdasan Kaum Tsamud
Salah satu bukti kecerdasan kaum ini adalah Petra. Banyak orang yang terheran bagaimana cara membuat bangunan tersebut di bukit-bukit batu. Kaum Tsamud memang dikenal dengan kemampuan arsitekturnya yang luar biasa meski tanpa teknologi seperti saat ini. Petra memiliki pilar-pilar yang sempurna dan bentuk bangunan presisi serta memiliki detail yang indah.
Tidak hanya itu, kaum ini pula dikenal sebagai ahli pertanian yang mampu mengolah ladang dengan profesional dan baik. Dari sinilah kaum Tsamut memperoleh buah-buahan dan makanan yang banyak padahal tempat tinggal mereka berada di padang pasir.
Selain itu, di tempat kering seperti padang pasir kaum ini juga dapat dengan mudah mendapatkan akses air melimpah bagi seluruh rakyatnya. Seharusnya bangsa yang dikenal cerdas ini akan semakin makmur dan sejahtera.
Namun, mereka mendustai dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, sehingga kaum ini dibinasakan. Kaum ini konon menyembah berhala yang dibuat sendiri dari batu-batu layaknya membuat bangunan Petra.
Demikian sejarah lengkap mengenai kaum Tsamud. Setiap peristiwa yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Quran artinya mengandung pelajaran luar biasa, termasuk kisah kaum nabi Sholeh ini. Allah memperingatkan kita sebagai kaum dari nabi akhir zaman untuk senantiasa mengikuti jalan kebenaran. Beruntungnya, Allah memberi keistimewaan kepada umat Nabi Muhammad. Setiap kedzaliman yang kita lakukan tidak langsung dibalas kemurkaan, melainkan masih ditangguhkan, diberi kesempatan untuk bertaubat. Wallahu’alam