Kisah Uwais Al Qarni Anak Sholeh yang Gigih Memperjuangkan Ibunya Beribadah Haji, Pergi dari Yaman ke Makkah
Dalam sebuah kisah sejarah Islam, ada cerita tentang seorang bernama Uwais Al Qarni. Seorang anak lelaki yang tinggal dengan ibunya di negeri Yaman. Bapaknya sudah tiada. Kehidupan mereka sangatlah miskin. Ibunda Uwais sudah tua renta, lumpuh dan penglihatannya juga sudah berkurang. Bahkan Uwais sendiri merupakan pemuda yang terjangkit penyakit kulit belang-belang putih yang parah. Orang menyebutnya sakit kulit sopak.
Dengan menggembala kambing dan domba, itulah pekerjaan sehari-hari Uwais. Meski fakir, mereka adalah orang yang suka membantu tetangganya. Uwais dan ibunya memiliki ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang begitu besar. Mereka sangat taat beribadah.
Dari hati kecil yang paling dalam, Uwais yang rajin beribadah puasa itu ingin sekali pergi ke Makkah, dan bertemu dengan Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Saat Uwais mendengar Rasulullah mengalami patah gigi saat mengikuti Perang Uhud, Uwais pun ikut mematahkan giginya sebagai tanda empati kepada Sang Rasul.
Dia selalu berdoa bisa bertemu dengan pemimpin Umat Islam tersebut suatu kali. Pernah berusaha bertemu Rasul, namun ternyata tidak pernah kesampaian. Saat itu dia hanya bertemu dengan isteri Rasulullah, Siti Aisyah RA dan menyampaikan salam untuk Baginda Rasul. Hingga akhir hayatnya, Uwais belum sempat bertemu dengan Rasulullah, melainkan dengan sahabat-sahabat Rasul atau Tabiin.
Suatu hari, Ibunda Uwais Al Qarni meminta anaknya untuk membawa beribadah haji ke kota Makkah. Mengingat dia merasa kematian sudah mendekatinya. Uwais berpikir panjang. Jarak negeri Yaman dengan Kota Makkah begitu jauh. Uang tak punya. Kendaraan untuk membawa ibunya juga tidak ada. Hingga Uwais berpikir untuk memelihara seekor anak lembu.
Dari hari ke hari, lembu kecil itu dipelihara, dibawa naik dan turun bukit. Orang-orang sekitarnya menganggap Uwais sudah tidak waras dengan kelakuannya. Hanya dia tidak peduli. Begitu jelang Bulan Haji tiba, lembu itu menjadi seekor hewan besar dan gemuk. Tubuh Uwais juga tampak berotot. Bagaimana tidak, karena Uwais sering menggendong lembu dari atas dan turun bukit. Ini menjadi latihannya sebelum Uwais menggendong Sang Ibu dari Yaman ke Makkah untuk beribadah haji.
Kisah yang sangat menyentuh hati. Uwais Al Qarni mengupayakan keinginan ibunya untuk pergi berhaji ke Tanah Suci dengan cara menggendongnya. Bahkan saat melaksanakan wukuf, tawaf keliling Ka’bah, Sang Bunda tetap diatas punggungnya. Ibunya sangat terharu, dia berdoa dan memohon ampun kepada Allah atas segala dosa. Dia juga ingin agar Uwais bisa sembuh dari sakit kulit belangnya.
Ya Allah, ampuni semua dosa Ibuku,” harap Uwais, dan tidak memikirkan dirinya sendiri. Menurut Uwais, ridha Sang Ibu akan membawanya ke surga Allah nantinya. Atas doa dan harapannya itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kesembuhan penyakit kulit sopak dari seorang Uwais Al Qarni. Oleh Allah, warna putih di kulitnya ditinggalkan sebulat dirham di tengkuk Uwais. Dan ternyata ini menjadi sebuah tanda pengenal suatu kali nanti yang menjadi kisah terkenal dan inspiratif dari seorang Uwais Al Qarni.
Dengan tanda putih itu, dua sahabat Rasul, yakni Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thallib akhirnya bisa mengenali dan bertemu dengan Uwais. Ini merupakan pesan seorang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada dua sahabat utamanya tersebut.
“Di jamanmu nanti, akan lahir seorang manusia yang doanya makbul. Pergilah kalian mencarinya. Dia berangkat dari Yaman. Kalau dia datang, temui dan minta tolong padanya untuk urusan kalian,” demikian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah berpesan kepada dua sahabatnya, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib.
Pesan itulah yang terus direkam oleh Umar dan Ali. Pada kesempatan-kesempatan tertentu yang berkaitan dengan negeri Yaman, mereka selalu mencari dan bertanya tentang sosok bernama Uwais Al Qarni. Bahkan setelah mereka dipertemukan, Uwais tidak ingin dimuliakan dan disanjung-sanjung. Meski dua sahabat Rasul berusaha memberikan fasilitas dan layanan yang baik kepada Uwais, dia menolaknya. Uwais hanya ingin diketahui sebagai seorang biasa saja, dan tidak dikenal banyak orang.
Sejarah tentang Uwais berjalan. Saat Uwais tinggal di Kufah, dia mengikuti pertempuran Nahavand melawan tentara Sasaniyah. Oleh ahli sejarah, diyakini Uwais meninggal dunia saat mengikuti perang Siffin. Ada juga yang mengisahkan kalau Uwais gugur di perang Azerbaijan.
Semoga kisah Uwais Al Qarni menjadi inspirasi buat kita semua. Kisah lelaki penyayang ibunya, gigih bekerja keras, sabar dengan sakitnya, dan tidak ingin disanjung atas keberadaannya. Sampai Rasulullah pun pernah menyatakan kalau generasi Umat Islam yang terbaik adalah para sahabat Rasul dan dua generasi berikutnya. Termasuk seorang Uwais Al Qarni. Arti Uwais artinya Pemberian, dan Al Qarni berarti Penghuni Langit. Kisah seorang yang nyatanya dikenal inspiratif di dunia, dan ditunggu sosoknya di surganya Allah.